Rabu, 14 Februari 2018

Jokowi Kalah Pamor oleh Ustadz Abdul Somad di Tanah Sumatera


KETIKA PAMOR PRESIDEN DITANAH SUMATERA KALAH DENGAN USTADZ ABDUL SOMAD, DISITULAH TANDA UMAT SUDAH CERDAS DAN DEWASA

JOKOWI DI SUMBAR, UAS DI KEPRI

Tiga hari ini dinding FB di penuhi dengan dua berita fenomenal, dari dua tokoh nasional yang secara fisik sekilas hampir mirip sama-sama kurus dan tampilan sederhana.

Yang membedakannya adalah status jabatan di dunia. Yang satu bernama Jokowi dengan jabatan Presiden RI, yang satu lagi bernama Ustad Abdul Somad, LC. MA dosen PNS yang yang namanya lagi membumbung tinggi karena ceramahnya yang cerdas, lugas, berisi, bagaikan pelepas dahaga Ummat Islam Indonesia di tengah musim kemarau spritual pasca kriminalisasi Habieb Riziq Syihab.

Bukan maksud mencari perbedaan atau membandingkan tapi memang begitulah adanya, secara materi ilmu Political Marketing tampak dua pola sosialisasi media yang menarik dari dua tokoh bangsa ini.

Jokowi dengan power dan infrastruktur kekuasaanya dengan apik memainkan isu kedatangan ini jauh hari sebelum kedatangannya ke Sumatera Barat yang secara notabone nya beliau kalah telak di Pilpres 2014 yang lalu

Berbagai macam isu pemanasan di mainkan oleh media media mainstream, mulai dari cetak dan elektronik. Semua seragam dan terstrukturisasi sama bukti bahwa out put pemberitaanya memang terkondisikan ala istana ke presidenan.

Mulai dari isu pemberian gelar dari Istano Pagaruyuang (Selanjutnya tak jelas lagi keberlanjutannya), Jalan Tol Padang - Dumai, sertifikasi tanah ulayat, dan seterusnya. Jagad dunia pemberitaan di Sumbar di buat sibuk, tak ketinggalan akun akun robot masuk tak tahu saja entah dari mana ke group group lokal dan perantauan komunitas Minangkabau dengan gagah perkasa.

Dari beberapa manuver cipta kondisi strategi 'water test' ini lahirlah berbagai macam respon dari masyarakat Minangkabau yang tentu saja lebih mayoritas kontra dari pada pro dan tidak sedikit yang membully dan jadi gorengan kelakar 'cimeeh' ala khas urang awak yang bikin lucu dan ketawa

Setelah pusaran badai cipta kondisi media ini, maka sampailah akhirnya Sang Presiden datang dengan rombongan standar pengamanan VVIP RI-1. Jalan jalan di blokir, ratusan bahkan ribuan wartawan hadir (namanya saja HUT HPN), Ratusan Pengawal tegap dan sigap (dengan ciri khas berbaju batik, cepak, tegap, dan kabel kecil di telinganya) Bombardir media dimana mana dengan berbagai corak dan enggel photo.

Tak lupa seperti biasa, masyarakat bertumpuk di satu titik berbaris sambil teriak teriak memanggil nama Sang Presiden, photo di sawah sambil jalan kaki bawa payung di tengah hujan, terakhir hadiah sepeda bagi emak-emak yang membuat koment positif di FB nya tentang Presiden. Luaarrr biasa....

Semua pemberitaannya tertata rapi, terstruktur, seragam dimana intinya adalah seolah-olah ingin menyampaikan kepada rakyat Sumatera Barat, bahwa sudahlah Jokowi pada pilpres 2019 nanti adalah pilihan yang terbaik (sesuai cuap cuap manis kata sambutan ketua PWI Sumbar), lupakan masa lalu, lihatlah tampilannya yang sederhana dan paling berjasa buat masyarakat Minang dengan berbagai argumen 'Bungo bakarang' kuli tinta. Setidaknya demikian 'framing' media ciptakan.

Demikian hebbohnya berita, persiapan, atas kedatangan presiden ke Sumatera Barat, kita tak tahu entah berapa dana dan uang rakyat di pakai dan di hamburkan untuk sebuah prosesi ini.

Namun yang jelas, penulis simpulkan biaya yang di keluarkan sangat tidak sesuai dengan out put acara yang saji kan. Gempita isu yang di beritakan tidak sesuai dengan respon masyarakat real di lapangan. Semua jelas di paksakan dan penuh polesan lipstik pencitraan. Besar pasak dari pada tiang, angek tadah pado galeh. Yah begitulah...

Sangat jauh berbeda dengan kedatangan UAS di Kepri. Minim baliho. Minim spanduk. Apalagi cipta kondisi media mainstream cetak dan elektronik. Semua mengalir apa adanya. Di siapkan oleh panitia kecil apa adanya. Sosialisasi hanya di sosial media dan WA.

Satu bulan jadwal UAS sudah beredar entah dari mana sumbernya. Tapi semua seolah berlomba secara sukarela menyebar luaskan kedatangan Ustad fenomenal ini.

Puluhan ormas menyatakan diri siap jadi tameng pengawalan UAS. Para tokoh, pejabat,pengurus mesjid seolah ingin berlomba ingin melayani UAS dengan senang hati.

Hasilnya sama kita lihat sendiri. Jamaah yang hadir luar biasa membludak hampir di setiap titik kegiatan. Puluham ribu masyarakat tumpah ruah ingin mendengarkan ceramah Ustad jebolan Al Azhar dan Maroko ini. Baik shubuh, dhuha, khutbah jumaat, di Masjid, di lapangan, di Polda, bahkan di pulau pun antusias masyarakat seakan tak terbendung.

Sungguh dua fenomena yg sangat kontras dan unik. Tapi demikianlah apa adanya. Allah seakan memperlihatkan dua diaspora kehidupan nyata di hadapan kita.

Silahkan kita menilai, menelaah dari dua maksud tersembunyi dari dua kejadian ini. Silahkan gunakan mata batin kitauntuk membaca dengan jernih, demikianlah putaran kehidupan yg kita alami sekarang

Kita di hadapkan pada dua sisi kehidupan yang nyata. Silahkan kita akan berada di posisi yang mana.

Bersama penguasa yang penuh rekayasa dan tipu daya, atau bersama Ulama, ummat yang bersatu padu dalam bahasa cinta dan persaudaraan. Wallahu'alam.

Oleh: Anton Permana

Sumber: https://web.facebook.com/agus.santoso

Baca juga:

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.

1 comments so far

yg teriak Jokowi jokowi adalah preman senen Jakarta yang didatangkan dengan dibayari tiket dan uang 250 000 dan makan