Sabtu, 13 Agustus 2016

Soal Pendidikan Muhammadiyah Paling Unggul, Benarkah ?

Euforia Jamaah Muhammadiyah


muhammadiyah paling unggul


Kalau benar kata-kata ini keluar dari lisan seorang kader Muhammadiyah yang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sekarang ini yaitu Prof. Dr. H. MUHADJIR EFFENDY, M.AP, saya meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk segera me-RESHUFFLE Menteri yang satu ini. Saya warga Nahdliyin kenal banyak sahabat-sahabat Muhammadiyah dari berbagai latar pendidikan mulai dari terendah sampai bergelar Professor sekalipun.

Diantara mereka banyak sekali kader Muhammadiyah yang baik dan punya rasionalitas berpikir yang cerdas berskala luas, tidak hanya sempit terkungkung pada idealisme pribadi, kelompok, maupun golongan.

Saya pikir "Nada Sesumbar" seperti ini TIDAK PERLU diucapkan dalam kapasitas dirinya sebagai MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA.

Bahwa mengurusi Pendidikan di Indonesia bukan hanya untuk Warga NU saja, bukan hanya untuk warga Muhammadiyah saja, dan bukan hanya untuk warga Al Irsyad saja , tetapi KOMPLEKS ketika masuk di Sekolah Formal Negeri baik itu SD Negeri, SMP Negeri, SMA/SMK Negeri yang masuk di dalamnya itu ada yang Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Jika Professor Muhadjir Effendy memang berbicara demikian, nyatanya dalam Olimpiade Sains Nasional ( OSN) Tahun 2016 bulan Mei kemarin di Palembang, Sumatera Selatan, dari ratusan siswa peraih Medali Emas, Perak, dan Perunggu berbagai cabang OSN, saya amati satu per satu TIDAK ADA SATUPUN siswa yang berasal dari Sekolah Muhammadiyah maupun juga dari Sekolah NU.

Bahkan justru kebanyakan dari Sekolah-sekolah Non Muslim seperti SMA Kristen dan SMA Katholik, lainnya SMA Negeri dan SMA Islam berbasis umum selain Muhammadiyah dan NU.
Kalau demikian apa anda juga akan mengatakan bahwa SMA-SMA Non Muslim yang sarat prestasi tersebut memang SMA Non Muslim PALING UNGGUL dalam bidang Pendidikan ?
Ayolah, dalam hal PENDIDIKAN DI INDONESIA kita tidak boleh mengedepankan egoisme pribadi, kelompok, maupun golongan.

Kalau saja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era 2009-2014 Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA, yang merupakan kader Nahdliyin, nalar berpikir sempit mungkin beliau juga akan MENERAPKAN Sistem Pembelajaran di Sekolah Formal diubah dengan konsep ALL DAY SCHOOL seperti pola pendidikan Pondok Pesantren di dalamnya.

Tetapi beliau tidak demikian, karena urusan Pendidikan adalah urusan BANGSA dan NEGARA yang di dalamnya bukan hanya warga kelompok tertentu saja.
( By: Imron Rosyadi )

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.