Senin, 22 Juni 2015

Melihat Allah: Kisah Seorang Raja Hendak Melihat Allah

Mampukah Mata Untuk Melihat Allah?

 kajian tasawuf Melihat Allah

Ada seorang raja yang adil dan kasih sayang kepada rakyatnya. Dia tidak mempunyai putra seorangpun. Akan tetapi hal itu bukan soal penting baginya, sebab cintanya kepada rakyatnya telah melebihi cintanya untuk keluarganya. Karena itu dia merupakan orang yang begitu di cintai rakyatnya, menjadi besar dalam kerajaan.
Pada suatu hari dia dapat di goda oleh setan yang merayunya untuk tidak keburu percaya kepada Allah sebelum dia melihat-Nya. Bujukan itu begitu saja dia terima dan memerintahkan kepada pembesar kerajaan untuk berpikir dan berusaha memperlihatkan Allah kepadanya dengan memberi kesempatan tiga hari untuk mengusahakan.

Tiga hari kemudian, para pemikir dan pembesar kerajaan sudah sama-sama berkumpul di pendopo. Mereka semua sudah siap untuk mati. Salah seorang diantara mereka, seorang rakyat kecil angkat tangan dan bicara: " Wahai yang mulia tuan raja, hamba sanggup untuk memperlihatkan wajah Allah kepada tuan raja, jika ada perkenan dari tuan raja yang mulia", " ya, katakan" perintah raja.Rakyat itu lalu mohon kepada raja untuk mengangkat mukanya melihat Allah, dikatakannya Allah itu ada di matahari, " jika tuan hendak melihat Allah, maka hamba mohon tuan bisa melihat kepada matahari itu". Raja mengangkat mukanya, tetapi tiba-tiba menutup matanya dengan kedua tangannya." Jika tuan raja yang mulia tidak dapat menatap matahari, padahal ia adalah makhluk-Nya yang bukan paling besar, lalu bagaimana tuan raja akan dapat melihat Allah dengan kedua mata tuan yang lemah itu"

Raja merasa kalah. Dia merasa bingung mendengar sorak sorai daripada hadirin, angkat muka berusaha menguasai diri. Namun tiba-tiba rakyat kecil itu menanyakan kepadanya tentang siapa nama anaknya. Kini sang raja merasa mendapat kesempatan untuk menang kembali setelah kalah, lalu bicara: "rakyat bodoh! bagaimana kau menanyakan nama yang tak ada itu?"
"Tuan benar, wahai raja. Apakah akal tuan menerima, manusia memberi nama pencipta mereka dengan nama Allah padahal Dia tidak mempunyai wujud? jadi mustahil bagi tuan memberi nama kepada anak yang belum tuan punya, lalu bagaimana dengan berjuta juta manusia memberi nama Allah kepada hal-hal yang tidak mempunyai wujud atau bentuk?". Tepuk tangan para hadirin semakin  riuh. Raja kelihatan semakin marah, dan bertanya kepadanya: " Siapa yang ada sebelum Allah?"
" Apakah tuan mengetahui angka-angka?" tanya rakyat kecil itu. Ketika raja menjawabnya, rakyat itu memohon kepadanya untuk menghitung, dan rajapun mulai menghitung: satu...dua...tiga...dan seterusnya.
" Lalu hitung wahai tuanku, sebelum satu!"
Raja marah, " Kurang ajar kau ini, apa ada angka sebelum satu?"
" Demikian pula Allah, Dia satu dan tidak ada siapa siapa sebelumNya!". " Ya, apa kerja Allah sekarang?", raja tak mau kalah. " Jawabanya akan kami ajukan, tapi syaratnya terlebih dahulu kita saling berganti pakaian. Tuan memakai baju saya, dan saya akan memakai baju tuan. Setelah itu saya akan menjawabnya.

Keduanya bergantian pakaian. Rakyat kecil itu sekarang raja sendiri, dan berdiri dengan sombongnya sambil berkata:" Kerja Allah ialahmeninggikan derajat orang yang Dia kehendaki dan berkehendak menurunkan derajat orang yang Dia kehendaki. Nah inilah aku sekarang, seorang rakyat yang miskin telah menjadi raja. Dan anda tuan raja, beberapa menit sebelum ini adalah raja, kini telah menjadi rakyat kecil yang miskin. Memuliakan, menginakan, mengekalkan dan membinasakan adalah pekerjaan Allah

( Abdul Wadud Syalabi: Bagaimana Aku Melihat Allah )


Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.